re-read my conversation with the one I love is a moodbooster, at least for me. bisa senyum-senyum sendiri atau kadang kalo pernah bahas tentang kehidupan, bisa jadi self motivation juga. gue punya kenalan, seseorang yang tinggalnya jauh ratusan kilometer dari tempat gue berpijak saat ini. dia baik, loyal, misterius.
jembatan penghubung antara kita adalah chatting via salah satu aplikasi di ponsel. tiap gue deket sama dia, pasti keadaannya lagi patah hati (guenya). yang terakhir juga gitu, sampe akhirnya gue bilang ke dia, "mending kamu jadi pacar kw aku ajalah kalo gini" lalu dia bilang, "kalo nggak sibuk, yaa". dan gue sangat terhibur dengan jawabannya.
sebenernya gue paham, jawaban itu penuh dengan ketidakpastian. dan apapun yg gue tanyakan mengenai hati, selalu dijawab dengan ketidakpastian sama dia. tapi disetiap ketidakpastian itu selalu timbul harapan, harapan buat gue. sadar atau tidak, dia sedang memberikan harapan-harapan buat gue. dan dengan sadar gue ambil harapan-harapan itu hingga waktu yang belum ditentukan.
kenapa dalam waktu yang tidak ditentukan? karena gue ga tau sampai kapan gue kuat untuk diberikan harapan -yang-semoga-saja-tidak-palsu-.
skip skip
lalu ada sebuah percakapan kita di satu hari dimana dengan ketidakyakinan dia bilang ingin memiliki pasangan. kenapa gue bilang dengan ketidakyakinan? karena gue paham dia belum siap untuk itu, melalui jawaban-jawaban yang tidakpasti pula.
dan di hari lainnya.. dia menyatakan diri sudah memiliki pasangan. dan masih dengan ketidakyakinan.
gue mencoba untuk meyakinkan dia, tapi lagi lagi jawabannya merupakan suatu ketidakpastian. lelah? mungkin saja bagi mereka yang realistis. tapi cinta kan gak semudah itu? :) jika memang semudah itu, pasti gue lagi ada ditahap moveon karena gumoh di phpin :D tapi nyatanya gue masih stay.
bukan gak mau move on.. tapi secercah cahaya, meyakinkan.
Tangerang Selatan, keinginan untuk (juga) menjadi pemeran utama, 29 Februari 2016
wulans
0 comments:
Post a Comment