Orang lain sibuk untuk menghadapi harinya, mengeluhkan hal yang sedang mereka perjuangkan hari ini, bersenang-senang dengan apa yang mereka peroleh dari kerja keras mereka. Sedangkan aku sibuk untuk menghakimi setiap keluhan mereka, aku terlalu sibuk untuk sekedar mengomentari bagaimana cara mereka mengeluhkan hal yang menurutku sama tak pentingnya dengan adegan spongebob memakai kacamata ketika ingin menangkap ubur-ubur.
Ketidak sukaanku berubah jadi lebih mengancam ketika status-status yang tadinya berisi tentang keluhan berubah menjadi ungkapan syukur. Dan aku masih sibuk menghakimi ungkapan syukur yang mereka panjatkan melalui sosial media.
"Berdoa kan sama Tuhan! Bukan sama status facebook"
"Gila lebay banget baru dapet gitu doang"
"Alay banget sih, doa di twitter"
Dan berbagai macam komentar nyinyir lainnya.
Aku masih terlalu sibuk untuk sekedar menengok ke dalam cermin yang memantulkan bayangan diriku. Bukan mereka yang butuh perhatian, sesungguhnya diriku sendiri lah yang membutuhkannya. Aku membutuhkan perhatian lebih dari siapapun di dunia ini.
Tapi aku seakan masih tak peduli. Aku masih asyik sibuk menghakimi, masih sibuk memikirkan komentar orang lain. Ya aku perpikir orang lain pasti akan berkomentar padaku, seperti yang aku lakukan pada orang lain. Namun aku masih tak peduli. Egoku masih terlalu tinggi untuk merendah. Yang aku lihat di cermin adalah bayanganku yang tanpa cela. Aku masih terlalu takut untuk menyadari bahwa dirikulah yang paling tercela diantara mereka.
Diantara riuhnya orang-orang mulai bangkit dari keterpurukannya, aku menyadari bahwa aku belum melakukan apapun. Aku terlalu sibuk untuk menghakimi orang lain. Aku tersadar dengan kenyataan pahit dimana aku benar-benar hancur, bahwa aku lah orang yang paling tercela diantara mereka.
Kini aku mencoba bangkit sendiri. Melakukan apa yang mereka lakukan, mengeluh dengan apapun yang sedang aku lakukan, mengucap syukur ketika aku berhasil menyelesaikan satu hal. Menyedihkan.
-lans
Tangerang Selatan, 18 Mei 2018, Di pojokan sebuah tempat makan di pusat pembelanjaan.