Hi blog! it's been a long time *bersih bersih debu* kembaliku kesini seperti biasa, untuk melakukan self healing dengan menulis.
ada banyak hal yang belum sempat aku tuliskan. rasanya akan panjang jika aku menguraikannya satu per satu. tapi akan aku coba untuk ceritakan semuanya melalui media ini.
beberapa waktu lalu, gue (well, lebih enak pake gue kalo cerita) kembali ke posisi yang hmm bisa dibilang serba salah. gue mencintai seseorang yang memang tidak seharusnya gue lihat sebagai seorang laki-laki. dan orang itu jelas menolak gue untuk berada di dunianya, kemudian memilih untuk membawa seseorang masuk ke kehidupannya yang dengan otomatis menyingkirkan gue dari permainan.
pada awalnya gue merasa, "she's gonna be like his ex, we'll wait and see". tapi semakin gue mendapatkan penjelasan dr dia, semakin gue takut kalo hubungan kali ini akan berhasil. gue takut untuk mengaku kalah, gue takut akan kehilangan sosok yang paling membuat hidup gue bahagia selama beberapa tahun belakangan.
lalu Tuhan, entah bagaimana caranya, selalu memberikan orang-orang terbaiknya untuk datang ketika gue sedang dihancurkan. iya gue sedang merasa hancur ketika orang ini datang. nothing special at first. dan mungkin terlalu terlihat bagaimana dia ingin sekali dekat dengan gue pada saat kita latihan. bagaimana dia berusaha untuk membuat kontak dengan gue dan bagaimana dia berusaha untuk membuat gue seperti putri.
gue sangat paham typical cowok playboy yang manis ke para gebetannya, gue menjadikan hati lama menjadi benteng pertahanan untuk tidak jatuh ke dalam muslihatnya *apaan sik?* apalagi dengan sifat-sifatnya yang sangat amat sangaaaat gue benci. cemburu, overprotektif, egois, tempramen, playboy. bam! nggak ada satupun kesan baik yg tergambarkan pada awal-awal pendekatan kita, dan yang hubungan paling aneh yang pernah gue punya tuh ya sama anak ini. kita pacaran aja enggak, kenal juga baru tapi berantem setiap hari nggak pake putus.
anak ini selalu bikin emosi gue meluap. membuat semua energi gue menguap dan terkuras habis. gue tenggelam ke dalam perdebatan yang nggak pernah gue bayangin bisa kita perdebatkan. sampai akhirnya satu topik itu muncul, dia mencoba jujur dengan perasaannya. tidak, dia tidak bilang mencintai gue apalagi menyayangi. I know that I would yelled at him if he did. because it's all bullshit. he was trying to be honest, he told me that he was interested at me, and tried to love me. tapi dia bilang gue kelihatan masih belum bisa move on dan dia mencoba untuk berhenti.
entah emang gue yang gak mau kehilangan fans atau gimana *uhuk fans* gue malam itu berusaha meyakinkan dia kalo semua butuh proses, dan gue nggak secepat itu untuk mengubah perasaan gue yang tadinya teruntuk anak bebek kesayangan, menjadi untuk sang pemimpin berkarisma. dan kita berdebat akan topik yang sama berulang-ulang selama beberapa waktu. dan mempermasalahkan hal-hal receh yang terjadi setiap hari.
bukankah seharusnya pdkt itu berisi hal-hal indah didalamnya? bukankah pdkt itu membuat pasangannya merasa baik? tapi kita enggak, he let me down. berulang-ulang sampai gue nggak kuat lagi. gue berusaha tinggalin dia. gue berusaha menjaga benteng gue agar tidak runtuh. tapi suatu sore, gue tiba-tiba terpikir sesuatu, dan kata-kata itu meluncur begitu saja kepada salah seorang sahabat.
"kayaknya gue mau move on deh"
iya move on. nggak salah baca kok!
gue teringat percakapan waktu gue sama dia abis jalan bareng seharian, "kamu sih, kalo ada apa-apa nggak pernah ceritanya sama aku. apa-apa ke mantan, apa-apa ke mantan, pengen balik lagi kali sama mantannya?" dan gue sanggah dengan, "apa salahnya berteman? toh kita udah sama-sama move on kok" dengan intonasi yang tinggi khas amarah sang raja singa. maka dari itu, gue mencoba untuk mencurahkan perasaan gue ke dia.
"kamu sibuk? aku mau curhat dong? kayaknya aku mau move on deh"
gue berpikir dengan gue membuka obrolan seperti ini, responnya akan bagus. dia akan melihat peluang gue membukakan hatinya untuk dia. ternyata gue salah. dia marah besar, jauh dari apa yang gue harapkan. kita berdebat hebat, seperti perdebatan yang belum pernah terjadi sebelumnya. dan berakhir dengan... dia berniat untuk melepaskan gue gitu aja.
men bayangin, disaat lo mau membuka perasaan lo untuk orang yang bilang dia suka sama lo tapi diaaaa malah marah dan menyalahkan apa yang sudah terjadi ini adalah sebab dari perbuatan lo dan dia meninggalkan lo gitu aja. sakidh men sakidddddddhhhhhh (pake d sama h)
but life must go on kak. agar tidak depresi, gue berusaha mencari bantuan sebanyak-banyaknya. dimulai dari sahabat gue. sebut aja namanya cila, setelah gue menceritakan hal yang sangan rumit itu, dia menanggapinya dengan, "ya salah elu, **** nggak salah kok, dia bener menurut gue dan gue setuju sama yg diomongin ****, blablabla"
*aku mau mati aja disalahin* wkwk
gue mencoba untuk mencerna dalam dalam. ya... emang kalo dipikir-pikir ini salah gue sih dan iya juga ada benarnya pikiran anak ini. lalu gue nggak tau harus berbuat apa, dan minta petunjuk kira-kira gue harus bagaimana? dan gue mencapai pemikiran, "lo harus berubah, bukan demi doi, tapi demi lo dengan versi yang lebih baik"
karena gue pernah baca salah satu quotes yang entah gue liat dimana, "jodoh itu merupakan cerminan dirimu". deng! gue harus lebih baik lagi kalo mau punya jodoh yang baik. gue nggak bisa terus menerus mempermainkan perasaan orang lain. memberikan label playboy ke orang itu, padahal dirinya sendiri nggak jauh berbeda.
gue mencoba untuk menghubungi dia lagi. tapi apa yang pernah baik tidak akan menjadi sama lagi kan setelah dirusak? begitu pula dia, sikapnya berubah menjadi sedingin salju. bahkan dia dengan jelas mengabaikan keberadaan gue. sampe gue nggak tahan dan ingin stop rasanya.
akhirnya gue menghubungi seorang sahabat, sebut saja om. om mengatakan, "kalo capek berhenti aja dulu, nggak usah mikirin siapa-siapa. karena lu perempuan dan takdir lu adalah dipilih, tapi lu berhak memutuskan akan lanjut atau enggak. inget ya berhenti, istirahat jangan batu".
dan gue berhenti. rasanya jauh lebih baik. lebih hidup. lebih tenang dan emosi gue mereda. dia mulai hubungin gue dan berusaha untuk memainkan emosi gue pun gue nggak terpancing sama sekali. gue bahagia jadi orang yang baru.
hingga pada akhirnya, saljunya pun mencair. sikapnya kembali hangat. bahkan lebih hangat dari biasanya. dan entah dengan magic apa, kita nggak pernah meributkan hal-hal receh lagi. yang ada hanya senyum senyum tipis yang bergurat diwajah ketika kita chattingan. chat kita pun nggak se-kaku dulu, kini lebih dinamis, penuh dengan emosi positif.
pertemuan pertama pasca kami "rujuk" kembali pun tercipta. dia memeluk gue, dengan berbisik, "aku kangen kamu, yang, kamu nggak kangen apa?" yang gue respons dengan senyuman dibibir. pertemuan itu cukup singkat, namun sangat-sangat menyenangkan. pertemuan hari itu ditutup dengan ciuman mesra. baru kali itu gue melihat wajahnya begitu dekat. senyumnya manis, matanya indah. dia tampan. lalu dia mencium gue sekali lagi, dan bergegas pergi ke kampus.
Tangerang Selatan, Mania, 24 Maret 2017