Friday 6 October 2017

Kebetulan?

Posted by wulansetya at 10:14

Beberapa tahun lalu, aku mendatangi rumah istimewa dimana Tuhanku berstana. bersama seorang pria yang sangat-sangat menjagaku seakan aku adalah barang yang mudah retak. untuk pertama kalinya aku melihatnya, ya disana, ciptaanNya yang indah.

waktu seolah berhenti, dan angin sayup-sayup membasuh wajahku, membuat setiap helai rambutku berterbangan seolah akulah karakter utama dalam cerita ini. aku benar-benar terpesona olehnya. oleh wajah, senyum dan porsi tubuhnya.

sayangnya, aku hanya bisa duduk terdiam. aku yang dahulu bukanlah wanita yang dengan berani memperkenalkan dirinya di hadapan orang yang baru ditemui. aku menyadari bahwa aku tak semenarik dirinya. aku tak secantik itu untuk mendekati sang pangeran.

Obsesiku akan orang itu hanya sebatas kagum, mencuri pandang ketika dia berbicara, bahkan tersenyumpun aku ragu ketika ia melintasiku.

Beberapa tahun kemudian, aku bertemu lagi dengan pria itu. semua hal berubah, bisa dibilang, kali ini kita berada di orbit yang sama. aku menjadi wanita yang berbeda dibanding ketika pertama kali aku bertemu dengannya. aku lebih percaya diri untuk tersenyum bahkan menyapanya untuk pertama kali.

hanya sebatas itu. tak pernah ada percakapan intense. tapi aku masih tetap mengaguminya, mencuri pandang ketika ia sedang sibuk dengan laptopnya, atau ketika ia menyesap sebatang rokok.

dan lagi-lagi waktu tidak mengizinkanku untuk lebih dekat dengannya. seorang pria yang tak lain adalah teman karibnya, mendekatiku dengan tujuan tertentu. aku yang seolah mendapatkan mainan baru, berusaha untuk menikmati permainan itu. tapi pandanganku tak bisa lepas begitu saja dari dirinya.

Pada suatu ketika, dewi fortuna seperti sedang berpihak padaku, aku bertemu dengannya di sebuah pusat pembelanjaan. Dengan santai, kusapa dirinya dan berujung dengan duduk, ngobrol, sambil menikmati snack sore yang kami beli saat itu.

Aku bahagia. Jantungku berdegup cepat. Ku harap dia tak mendengar detakannya.

Sampai dirumah, aku mulai menghubungi orang terdekatku untuk memberi tahu apa yang terjadi. aku tak bisa menahan buncahan kebahagiaan dari pertemuanku dengannya. aku benar-benar tak menyangka bahwa upik abu bisa selangkah lebih dekat dengan pangeran.

Namun, aku teringat posisi dimana teman karibnya pada saat itu adalah sosok yang tengah dekat denganku. aku tak ingin gegabah, lagipula saat itu pangeran sudah memiliki orang lain.

Sejak pertemuan itu, komunikasi kami lewat pesan singkatpun mulai tercipta. memang kami tidak membicarakan hal berat seperti yang biasanya kusukai, namun, ada perasaan tersendiri ketika nama pangeran muncul di layar ponselku. namun itu juga tidak berlangsung lama, karena aku sepertinya menginginkan hal lebih dari teman karibnya.

Saat ini, ketika teman karibnya pergi dari kehidupanku dan merupakan sebuah kesempatan bagiku dan pangeran untuk maju selangkah menuju suatu proses tertentu.

dia mendekatiku lebih dulu. kuulangi, Pangeran mendekatiku lebih dulu.

Aku bahkan lebih bahagia mendengarnya. Aku benar-benar bahagia. tapi sepertinya, lagi-lagi waktu tidak berpihak pada kami. dia mengungkapkan kekhawatirannya jika kami saling dekat satu sama lain. Mungkin karena kami berada di lingkungan yang sama. termasuk dengan sahabat karibnya, yang pernah menyakitiku (walaupun sebenarnya aku baik-baik saja).

akupun tak tahu bagaimana harus bersikap. dengan pola pikirku, pasti aku akan terus memperjuangkan apa yang kusukai. tapi sepertinya hal tersebut tidak berlaku padanya. aku berusaha mengikuti arusnya.

Hingga saat ini, aku benar-benar mengikuti polanya. aku menunggu dimana waktu dan dewi fortuna kembali berpihak padaku. seperti yang sudah kuceritakan, itik buruk rupa yang bahkan tak bisa tersenyum saat angsa melintasinya, akhirnya bisa membicarakan banyak hal dan saling menarik satu sama lain.

Aku yakin, itu takdir Tuhan. bukan sekedar cerita yang tak jelas akhirnya. Tuhan sedang menulis kisah paling indah yang akan kumainkan sebentar lagi. disaat waktu kami sudah tepat, disaat orbit kami kembali dilajur yang sama.

Tangerang Selatan, Mixed Affective, 6 oktober 2017

0 comments:

 

a little dream Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos