Terbayang lagi kini pertengkaran kita beberapa tahun lalu. Hatimu sekeras batu, tak mudah untuk memahami kau. Tapi bahkan di saat-saat terendahku, kau masih saja jadi penawar nomer satu paling efektif untuk menyembuhkan lukaku.
Kata orang, menunggu itu adalah hal yang paling menyulitkan. Bagiku, menunggu adalah hal biasa. karena dia selalu membuat aku menunggu, bahkan hingga saat ini. aku yang selalu menunggu waktu untuk sekedar bercakap di akhir pekan. Aku yang selalu menunggu kau menjemputku di kotamu. Aku yang selalu menunggu hatimu kembali. Apa aku lelah? entahlah, karena kau selalu membuat menunggu jadi hal yang paling menyenangkan untuk dilakukan.
Kata orang, berhentilah jika memang itu terasa menyulitkan. Ketika ia sudah tak bisa lagi kau raih, untuk apa bertahan pada manusia yang sedetikpun tak pernah melihatmu? Aku tak pernah menghiraukan kata mereka. Cintaku ini terlalu buta untuk menyadarinya.
Tapi banyak juga orang bilang, jika sesuatu itu pantas untuk ditunggu, maka tunggulah. Semua hal butuh proses, semua hal butuh waktu. Sesuatu yang sulit kau dapatkan, maka melepasnyapun akan sulit. Aku percaya, Tuhan sedang memikirkan jalan terbaiknya untuk memberikan hadiah atas sabarku.
Hingga hasil jerih payah menungguku sedikit membuahkan hasilnya. Ia mulai berujar rindu. Ia mulai merasa nyaman saat berada di sampingku, bahkan lebih nyaman dibandinh saat ia bersama yang lain. Lalu apakah aku senang? Tidak.
Tanpa sadar aku menyakiti orang lain. Tanpa sadar aku menusuk hatinya dan sekaligus hatiku.
Sebenarnya aku hanya ingin mencintai, ujarku padanya. Tapi keegoisanku telah melukai banyak orang. Maka aku memutuskan untuk meninggalkan, tapi ternyata hanya bertahan beberapa minggu. Bukan karena aku rindu, tapi aku telah terbiasa olehnya. Hingga aku berucap dalam hati, jika memang ia yang pantas, dia akan kembali. Tunggulah sebentar lagi.
0 comments:
Post a Comment